Sepotong “Maaf” yang Luar Biasa

0
2845
Sepotong Maaf yang Luar Biasa

Ada seorang ibu yang memecat guru les privat anaknya lantaran dinilai tidak becus dan disiplin. Datang sesuka hati dan tidak tepat waktu lagi. Sama sekali tidak punya motivasi kuat untuk mencerdaskan anaknya. Mana bisa diharap lagi kalau sebagai pendidik saja tidak punya keyakinan atau motivasi sedikitpun untuk memacu kemajuan belajar anaknya. Dengan alasan-alasan itulah ibu tersebut akhirnya mengambil keputusan untuk memecat guru les anaknya. Tetapi ketika memberhentikan guru les anaknya, tak lupa ibu itu menyelipkan sepotong maaf demi tidak menimbulkan sakit hati dan perasaan tercampakkan.

Ilustrasi di atas mungkin akan membuat kita berpikir untuk apa sih minta maaf segala seolah begitu merendahkan diri sendiri. Bukankah yang salah toh guru les itu dan memang sepantasnya dipecat tetapi kenapa justru ibu itu yang harus meminta maaf? Menariknya, justru di situlah nilai tambah sebuah perilaku meminta maaf yang santun. Meminta maaf atas sesuatu ketimpangan yang tidak kita lakukan demi menghindari timbulnya penolakan atau sakit hati. Justru berkat sepotong kata ‘maaf’ yang luar biasa itulah, jelas siapapun akan menerimanya tanpa perlawanan apalagi sakit hati. Dan bukan tidak mungkin sepatah kata yang sederhana itu justru mampu menyadarkan orang lain yang telah berbuat kekeliruan atau kesalahan.

Maaf, sebuah kata yang sederhana tetapi mengandung arti yang dalam. Kita sering mengucapkannya ketika berjalan di tempat yang ramai lalu tanpa sengaja kita bertabrakan dengan seseorang. Kita menyelipkan sepotong kata itu ketika meminta tolong diambilkan sesuatu atau mencari seseorang. Kita meminta maaf ketika berbuat kesilapan atau kesalahan. Tak lupa kita memohon maaf lahir dan batin pada momen-momen tahun baru yang penuh kebahagiaan.

‘Maaf’, memang sepatah kata yang luar biasa! Singkat namun tegas. Sederhana tetapi bernilai. Ringan namun berkekuatan. Kekuatan sebuah maaf sanggup meluluhkan emosi seseorang yang sedang didera sakit hati dan ketidak-puasan. Sepotong maaf mampu menjembatani dua pihak yang sedang bertikai. Ketika salah satu pihak meminta maaf, otomatis pihak lain akan terhenyak dan segera menyambut obor perdamaian. Sepatah kata maaf akan mencairkan kebekuan hati mereka yang saling curiga lantaran kurangnya komunikasi. Sepotong maaf menjadi begitu berharga ketika diucapkan dengan tulus demi sebuah pertobatan sejati.

Sekalipun begitu sederhana, singkat dan bermakna, ternyata sepotong maaf begitu sulit diucapkan mereka yang egonya terlalu tinggi dan angkuh. Demi sebuah ego, kadang kata maaf begitu susahnya meluncur dari mulut seseorang sekalipun telah melakukan kesalahan ataupun kekhilafan. Daripada harus mengucapkan sepotong maaf, lebih baik membayarnya dengan apapun asalkan tidak sampai merendahkan diri seperti itu. Begitu susahnyakah mengucapkan maaf itu, kendati telah melakukan kesalahan sekalipun? Kendati dalam beberapa kasus, justru kata maaf itu malah begitu mudahnya diselewengkan sehingga menjadi senjata ampuh untuk menarik simpati di balik topeng kemunafikan, atau demi mendapatkan sesuatu dengan menghalalkan segala cara.

Inilah manusia! Si awam yang masih diliputi keegoan, keangkuhan dan kesesatan. Sering kata maaf yang luar biasa itu diucapkan dengan terpaksa. Atau dalam konteks lain untuk sekedar menarik simpati dan empati. Tak jarang sepotong maaf itu malah tak pernah sanggup diucapkan, lantaran lebih memilih memenangkan ego pribadi. Padahal sesungguhnya, sepotong maaf yang luar biasa itu justru begitu berkekuatan untuk membuat seseorang menjadi lebih bermartabat sekaligus memuluskan jalan menuju Nurani yang semakin cemerlang.

Apa sih susahnya mengucapkan kata maaf dan mengalah demi kebaikan? Toh sepotong maaf itu tidak akan membuat diri kita menjadi lebih rendah dan hina. Justru sebaliknya malah menaikkan harkat dan martabat kita sebagai insan Tuhan yang tahu menempatkan kesopan-santunan akhlak pada porsi yang sepatutnya. Hidup menjadi lebih indah ketika setiap orang mampu berlemah-lembut dalam tutur sapa dan perilaku yang santun dengan berani mengakui kesalahan ketika salah dan menyatakan maaf demi menghindari pertikaian. Ketika setiap orang mampu memakai sepotong maaf yang luar biasa ini pada porsi yang sepatutnya, tanpa embel-embel kemunafikan atau pamrih, maka kerukunan hidup akan semakin menampakkan cahayanya menyatukan segala perbedaan ke dalam lingkaran keharmonisan yang tiada berujung. Sepotong maaf begitu berarti ketika kita mampu mengakui kesalahan sendiri sekaligus memaafkan mereka yang telah bersalah kepada kita. Sepotong maaf menjadi begitu berharga ketika kita mampu saling memaafkan satu sama lain. Sepotong maaf akan menjadi luar biasa ketika diikuti dengan pertobatan dan perbaikan diri menuju pribadi yang lebih ber-Nurani. Sepotong maaf paling bermakna takkala kita dengan ketulusan sejati memohon pengampunan kepada Tuhan kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here