HUT Cetya Buddha Maitreya, Rambat Bangka Barat

0
3178

Delapan belas tahun sudah tubuh yang telah menua ini menjaga Cetya Kecil yang letaknya nan jauh di ujung pelosok bangka barat sana, menyusuri jalan yang lumayan sempit dan hamparan hutan nan memanjang butuh waktu satu setengah jam untuk mencapai lokasi ini dari kecamatan Parittiga.

Adalah almarhum Ng asien dan istrinya Fu mukyong yang bertugas di Cetya Buddha Maitreya nan sederhana; kesan ramah dan sederhana terlihat dari sosok wanita paruh baya ini. Belasan anak-anak dan keluarga beliau menyambut kedatangan rombongan kami; banyak dari kami yang baru pertama kali datang ke Cetya yang berjarak hanya 5 menit ke pantai rambat ini. Tak ada acara spesial dalam ulang tahun Cetya Rambat, hanya sebuah Ritual persembahan buah dan Bakti puja yang penuh kekhusyukan dan jamuan makan malam saja yang disiapkan untuk hari ini. Altar nan sederhana dengan Rupang Buddha maitreya yang berdiri memancarkan senyum kasih menyambut setiap insan yang memasuki rungan yang hanya bisa memuat belasan jok sembahyang ini, meja serta lantai yang begitu bersih masih sangat terawat dan tertata rapi.

Kucuran keringat membasahi tubuh ini ketika belasan orang bersempit-sempitan melaksanakan Bakti Puja di artal nan sederhana. Begitu khusyuk dan damai memajatkan syukur dan doa kehadirat Yang Maha Kuasa, 3 baris buah disajikan terlebih dahulu kehadapan Tuhan dan para Buddha sebelum melaksanakan Ritual Baktipuja. Dan kami pun bersiap menyantap sajian makan malam setelah melaksanakan bakti puja.

Keluarga dari ibu mukyong terlihat sibuk menyiapkan makan malam untuk tamu yang hadir, kue-kue nan manis sengaja dibuat sendiri oleh beliau untuk menjamu para tamu, penuh keramahan memelayani kami semua dan masih saja membungkus kue untuk dibawa pulang oleh para tamu.

Hanya imlek saja aktivis dari parittiga bertugas di vihara ini, dan pada perayaan tertentu saja mengunjungi vihara diujung barat bangka ini. inilah dia sang sosok sederhana tak menuntut tak mengeluh sekuat tenaga menjalankan tugas yang dipercayakan pada tubuh tuanya hingga penghujung usianya bapak Ng Asien menghembuskan nafas terakhirnya menjaga keberlangsungan rumah Tuhan; dan masih saja memberikan amanat pada istri dan keluarga untuk terus menjaga Istana Tuhan ditengah belantara yang jauh dari kota. Secercah terang dalam balutan hutan yang menyelimuti desa Rambat Bangka.

More pictures click here

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here