Diklat Budaya Kasih dan Mandarin Surabaya Angkatan 3 berlangsung di Maha Vihara dan Pusdiklat Buddha Maitreya Surabaya. Diklat ini berlangsung mulai tanggal 15 Maret hingga 26 Juli 2015.
Adapun peserta yang mengikuti diklat ini berjumlah sembilan orang. Meskipun jumlah peserta sedikit, namun Diklat Budaya Kasih dan Mandarin di Surabaya ini memiliki beberapa keunggulan. Pertama adalah peserta lebih fokus belajar, kegiatan pembersihan Vihara dilakukan oleh para pengabdi. Peserta diklat hanya kadang-kadang membantu, sehingga energi dan waktu lebih diutamakan untuk belajar mandarin. Kedua, semua peserta memiliki kesempatan untuk tampil di depan, seperti berdialog, membaca, bercerita, ceramah, mengajar, dan sebagainya.
Keistimewaan lainnya adalah adanya kelas kaligrafi mandarin atau 书法课. Kelas kaligrafi ini langsung diajar oleh guru kaligrafi yang sudah sangat berpengalaman serta diajar dari dasar. Diklat Budaya Kasih dan Mandarin ini dibimbing oleh Huang Foyuan yang sudah sangat berpengalaman mengajar mandarin. Beliau membimbing peserta mulai dari dasar dan menyesuaikan kemampuan para peserta.
Kegiatan rutinitas peserta diklat tak lepas dari belajar mandarin seperti mengenal huruf, menghafal cerita, berdialog, menonton film mandarin, belajar menyanyi dan senam, belajar berceramah, sembahyang, serta pembersihan kelas dan kamar. Peserta diklat juga berkesempatan pergi ke Trawas untuk belajar mandarin sambil menikmati alam. Selain itu, ada juga sesi dharma untuk meningkatkan keimanan dan kualitas kepribadian. Banyak peserta yang mulanya sama sekali tidak mengerti mandarin akhirnya dapat membaca, menulis, dan berbicara mandarin. Ini semua berkat Tian En Shi De, jerih payah dari guru dan asisten, serta perjuangan dan kerja keras dari para peserta diklat sendiri.
Diklat Budaya Kasih dan Mandarin ini ditutup dengan acara pentas seni dan pembagian sertifikat kelulusan. Para peserta diklat menampilkan beberapa persembahan antara lain : senam kasih semesta, menyanyi, drama, dan puisi. Selain itu, peserta diklat juga menyampaikan intuisi selama mengikuti Diklat Budaya Kasih dan Mandarin. Para peserta sangat bersyukur dapat mengikuti diklat ini. Selain mendapatkan kemampuan dalam bahasa mandarin dan budaya Tionghua, para peserta juga merasa lebih mandiri, dewasa, serta mengalami pertumbuhan jiwa.
Setelah acara penutupan selesai, peserta diklat langsung menuju ke Pulau Bali untuk berwisata selama 3 hari 4 malam. Perjuangan selama 4 bulan lebih ini ditutup dengan kebahagiaan dan sukacita bersama. Gan Xie Tian En Shi De, para pandita, para Tanzhu, laoshi, zhuli, para pengabdi, dan umat yang telah membantu.
Bagi teman-teman yang ingin mengikuti berbagai kegiatan Diklat Budaya Kasih dan Mandarin, dapat mendaftarkan diri untuk angkatan berikutnya.
for more pictures, click here.